Alasan Utama Mohamed Salah Bermain Tidak Bagus di Liverpool. Pekan ke-12 Premier League musim 2025-26 jadi momen gelap bagi Liverpool yang tergelincir ke posisi keempat dengan 19 poin dari 11 laga. Tiga kekalahan beruntun, termasuk ambruk 0-3 dari Manchester City, bikin Arne Slot hadapi badai kritik. Di tengah itu, Mohamed Salah—ikon Mesir berusia 33 tahun—jadi kambing hitam utama. Dengan cuma dua gol liga sepanjang musim, satu di antaranya penalti, dan tiga assist, performanya anjlok drastis dari 25 gol musim lalu. Banyak pengamat bilang ini bukan akhir karir, tapi alarm bahaya: alasan utama di balik lesunya Salah perlu dibedah. Dari kelelahan fisik hingga adaptasi taktik, apa yang bikin bintang sayap kanan ini kehilangan kilau? Liverpool butuh jawaban cepat, atau jarak enam poin dari Arsenal bakal melebar. REVIEW KOMIK
Penurunan Statistik yang Mencolok: Alasan Utama Mohamed Salah Bermain Tidak Bagus di Liverpool
Salah memulai musim dengan gebrakan gol pembuka lawan tim selatan akhir Agustus, tapi sejak itu, dia kayak hilang arah. Di tujuh laga berikutnya, nol gol dari open play, assist minim, dan dribble sukses anjlok ke 10 persen—terendah sejak debutnya di Anfield 2017. Rata-rata tembakan tepat sasaran cuma 1,2 per laga, setengah dari musim lalu, bikin lini depan Liverpool mandul: tim cuma cetak 12 gol liga, tertinggal delapan dari puncak. Di kekalahan 1-2 dari tim London September lalu, dia main penuh tapi zero shots on target, spurn peluang emas dari umpan silang yang melebar.
Ini bukan kebetulan. Passing progresifnya turun 15 persen, dan dia sering kehilangan bola di area krusial—turnover 18 persen, naik dari 12 musim lalu. Slot coba manfaatkan dia di sayap kanan dengan formasi 4-2-3-1, tapi ruang potong ke dalam yang biasa dia manfaatkan kini jarang ada, gara-gara pressing lawan lebih ketat. Hasilnya, Liverpool kalah efisiensi: konversi peluang tim cuma 12 persen saat Salah starter, dibanding 18 persen musim lalu. Ini ekspos penurunan insting—bukan usia semata, tapi akumulasi faktor yang bikin Salah tak lagi tak terbendung seperti era Klopp.
Beban Menit Bermain yang Menumpuk: Alasan Utama Mohamed Salah Bermain Tidak Bagus di Liverpool
Salah main seperti robot sejak Juli: 920 menit Premier League, 300 di Champions League, plus kualifikasi Piala Dunia untuk Mesir. Total hampir 1.300 menit tanpa istirahat panjang, rekor pribadi yang bahaya di usia 33. Musim lalu saja, 3.380 menit di liga bikin dia capek akhir musim, dan internasional break Oktober cuma beri jeda singkat—Mesir istirahatkan dia setelah dua gol, tapi itu tak cukup. Di klub, Slot jarang bench: cuma sekali di Carabao Cup, dua di Champions League belakangan, tapi liga selalu starter.
Jadwal Desember nanti—tiga tandang berat termasuk Arsenal—bikin risiko overload makin tinggi. Pemain top liga rata-rata istirahat 20 persen menit, tapi Salah 95 persen. Ini mirip De Bruyne musim lalu yang ambruk gara-gara serupa. Efeknya terlihat: kalah 55 persen tackle, naik dari 40 persen tahun lalu, dan stamina drop di babak kedua—70 persen peluang gagal di 15 menit akhir. Slot akui pasca-kalah City, “Kami harus rotasi pintar, terutama buat dia.” Tanpa jeda, bukan cuma Salah yang capek—tim keseluruhan hilang ritme, seperti tiga kekalahan beruntun di mana sayap kanan jadi titik lemah.
Adaptasi Taktik Slot yang Belum Nyantol
Arne Slot bawa angin segar dengan taktik possession tinggi ala Belanda, tapi Salah struggle adaptasi. Di era Klopp, dia bebas potong ke dalam dari sayap, manfaatkan chaos counter-press. Kini, 4-2-3-1 Slot minta dia lebih statis, bantu build-up dari belakang—passing akurat naik ke 85 persen, tapi hilang kreativitas akhir. Slot bilang, “Dia harus sesuaikan peran baru,” tapi ini bikin Salah terkurung: peluang ciptakan turun 25 persen, karena lini tengah tak suplai bola tepat waktu.
Cedera juga faktor: selangkangan minor September bikin absen satu laga, dan pemulihan lambat di usia ini. Slot tambah Chiesa dan Wirtz musim panas untuk kedalaman, tapi rotasi jarang—Chiesa starter cuma tiga laga, bikin Salah overworked. Ini ekspos gap: Liverpool tak punya pengganti sempurna untuk gaya Salah, beda dengan Arsenal yang rotasi Saliba-Gabriel mulus. Pengamat bilang, adaptasi ini butuh waktu, tapi dengan enam poin tertinggal, waktu tak ada. Kalau tak berubah, lesunya Salah bisa hancurkan ambisi top-four.
Kesimpulan
Lesunya Mohamed Salah di Liverpool musim 2025-26 bukan misteri, tapi campuran penurunan statistik mencolok, beban menit menumpuk, dan adaptasi taktik Slot yang belum pas. Dua gol liga terasa minim untuk ikon yang cetak 200 lebih sejak 2017, tapi ini alarm: tanpa istirahat dan penyesuaian, The Reds bisa kehilangan senjata utama. Slot punya skuad berbakat, tapi harus berani rotasi—bench Salah di laga non-krusial bisa pulihkan dia seperti 2019. Musim panjang, tapi enam poin dari puncak ingatkan: Liverpool butuh Salah kembali ganas, atau finis empat besar pun terancam. Bagi fans Anfield, ini tes kesabaran—Salah tetap legenda, tapi pekan depan lawan tim utara jadi momen bukti.