MOTM Pertandingan Timnas Georgia vs Spanyol. Malam di Stadion Boris Paichadze, Tbilisi, pada 15 November 2025, jadi panggung sempurna bagi Mikel Oyarzabal untuk keluar sebagai Man of the Match dalam kemenangan telak Spanyol atas Georgia 4-0 di laga penutup Grup F kualifikasi Piala Dunia 2026. La Roja, yang sudah amankan tiket lolos langsung sejak pekan lalu, tunjukkan kelas juara dunia dengan dominasi penguasaan bola 82 persen dan 24 tembakan ke arah gawang. Oyarzabal, penyerang Real Sociedad berusia 28 tahun, jadi bintang utama lewat brace-nya di menit ke-35 dan ke-72, plus assist krusial untuk gol Fernando Torres. Georgia, tuan rumah yang berjuang untuk playoff, gigih bertahan tapi akhirnya ambruk di babak kedua. Kemenangan ini perpanjang rekor unbeaten Spanyol di laga kompetitif jadi 30 pertandingan—prestasi baru sepanjang sejarah mereka. Di tengah euforia lolos ke Piala Dunia Amerika Utara, Oyarzabal jadi simbol skuad muda yang lapar trofi di bawah pelatih Luis de la Fuente. INFO CASINO
Performa Oyarzabal: Dari Bench ke Pahlawan Kandang: MOTM Pertandingan Timnas Georgia vs Spanyol
Mikel Oyarzabal tak asing dengan tekanan besar, tapi malam ini ia naik level. Masuk sebagai starter menggantikan Lamine Yamal yang absen cedera, Oyarzabal langsung kendalikan lini depan Spanyol. Gol pertamanya datang di menit ke-35: dari umpan lambung Nico Williams, ia sundul presisi ke pojok kanan gawang Giorgi Mamardashvili—kiper Georgia tak berkutik. Itu sundulan ke-10 Oyarzabal musim ini, bukti naluri timing-nya yang tajam. Assist untuk Torres di menit ke-55 tunjukkan visinya: ia potong bola dari sayap kiri, beri ruang sempurna untuk tembakan keras mantan striker Spanyol itu.
Brace kedua di menit ke-72 jadi klimaks: Oyarzabal dribel melewati dua bek Georgia sebelum curl shot akurat dari luar kotak penalti. Gol itu tak hanya samakan rekor assist-nya di timnas jadi 15, tapi juga ciptakan momentum babak akhir di mana Spanyol tambah satu gol lagi lewat Pedri. Statistik MOTM-nya mencolok: rating 9.2, 2 gol, 1 assist, 4 dribel sukses, dan 92 persen akurasi passing dari 50 sentuhan. De la Fuente puji dia pasca laga: “Mikel tunjukkan kenapa ia kapten klubnya—siap saat dibutuhkan.” Bagi Oyarzabal, yang caps timnas capai 40, ini konfirmasi peran barunya sebagai finisher utama pasca era Alvaro Morata yang mulai menua. Georgia coba tekan dengan set-piece, tapi Oyarzabal selalu menang duel udara, bikin lini belakang lawan frustrasi.
Dominasi Spanyol: Rekor Baru dan Rotasi Pintar: MOTM Pertandingan Timnas Georgia vs Spanyol
Spanyol tak main-main meski laga ini tak lagi krusial. Dengan formasi 4-3-3 fleksibel, La Roja kuasai permainan sejak menit awal: 12 tembakan babak pertama, termasuk dua denied oleh tiang gawang. Absennya Yamal dan Rodri tak ganggu ritme—malah beri kesempatan talenta muda seperti Pedri dan Gavi bersinar. Gol keempat datang di menit ke-88 dari Pedri, tendangan voli indah yang capai 25 tembakan total Spanyol. Penguasaan bola 82 persen bukan angka kosong: mereka pulihkan bola 22 kali di area lawan, rekor tertinggi di kualifikasi musim ini.
De la Fuente rotasi pintar: istirahatkan Mbappe dan Kounde untuk simpan energi jelang Liga Champions klub, tapi skuad kedua tetap ganas. Fernando Torres, legenda yang kembali untuk laga ini, cetak gol pertamanya sejak pensiun—momen emosional yang bikin bench Spanyol bergemuruh. Georgia coba balas dengan counter lewat Khvicha Kvaratskhelia, tapi pertahanan Spanyol—dipimpin Le Normand dan Laporte—rapat tak berlubang, jaga clean sheet ke-8 beruntun di kualifikasi. Kemenangan ini tak hanya perpanjang unbeaten run jadi 30 laga kompetitif, tapi juga bukti kedalaman skuad: rata-rata usia starter 26 tahun, campur pengalaman dan energi muda. Bagi Spanyol, ini pesta akhir tahun sebelum jeda Desember—siap jadi favorit utama Piala Dunia 2026.
Perlawanan Georgia: Gigih di Kandang Tapi Ambruk di Akhir
Georgia tak pantang menyerah, meski akhirnya kalah telak. Di bawah pelatih Willy Sagnol, skuad tuan rumah mulai kuat: pressing tinggi di 10 menit awal bikin Spanyol kesulitan build-up, dan Kvaratskhelia hampir cetak gol dari free-kick di menit ke-20. Lini belakang mereka, dengan Giorgi Gvilia dan Luka Lochoshvili, menang 60 persen duel udara babak pertama, batasi peluang La Roja ke set-piece saja. Tapi babak kedua jadi bencana: setelah gol Torres, Georgia kehilangan struktur, turnover naik jadi 18, dan Oyarzabal manfaatkan celah.
Kvaratskhelia, bintang Napoli, tampil solid dengan 5 dribel dan 2 chance ciptakan, tapi isolasi di sayap kiri bikin ia frustrasi—ia diganti di menit ke-70 setelah protes ke wasit. Georgia cetak 4 tembakan tepat sasaran dari 9 total, tapi Mamardashvili—kiper tuan rumah—tak bisa selamatkan dari dominasi Spanyol. Secara keseluruhan, ini performa terbaik Georgia di kualifikasi: finis ketiga grup dengan 12 poin, lolos playoff untuk pertama kalinya sejak 2016. Sagnol bilang pasca laga: “Kami bangga, tapi harus belajar dari kekalahan ini.” Di kandang, atmosfer 68 ribu penonton bikin mereka gigih, tapi kelas Spanyol terlalu tinggi—pelajaran berharga jelang playoff Januari.
Kesimpulan
Mikel Oyarzabal sebagai MOTM jadi sorotan utama kemenangan 4-0 Spanyol atas Georgia, di mana brace dan assist-nya ubah laga jadi pesta La Roja. Dari dominasi tak terbendung Spanyol yang pecahkan rekor unbeaten hingga perlawanan gigih Georgia yang akhirnya ambruk, malam Tbilisi ini cerita tentang kelas beda. Bagi Spanyol, ini konfirmasi status favorit Piala Dunia 2026—skuad muda siap dominasi lagi. Georgia, meski kalah, bangun fondasi untuk masa depan. Oyarzabal tak hanya pahlawan malam ini, tapi simbol era baru La Roja yang haus trofi. Jadwal kualifikasi usai, tapi cerita ini baru mulai—pantau saja playoff Georgia dan persiapan Spanyol untuk petualangan Amerika Utara.