Senne Lammens Tidak Satu Level Dengan Peter Schmeichel. Pada 18 Oktober 2025, sorotan kembali tertuju pada Senne Lammens, kiper muda berusia 23 tahun asal Belgia yang baru bergabung dengan Manchester United musim panas lalu dari Royal Antwerp. Debut impresifnya di kemenangan 2-0 atas Sunderland pada 4 Oktober lalu sempat ciptakan gelombang pujian, termasuk dari legenda klub Peter Schmeichel. Namun, pelatih Ruben Amorim cepat redam euforia itu dengan pernyataan tegas: Lammens belum satu level dengan Schmeichel, sang ikon kiper era 1990-an. Pernyataan ini muncul jelang derby kontra Liverpool, di mana Lammens diragukan starter karena cedera ringan Andre Onana. Dengan United masih cari konsistensi—sepuluh poin dari tujuh laga—debat soal potensi Lammens jadi pengingat betapa tingginya standar di Old Trafford. Artikel ini kupas debutnya, pujian Schmeichel, dan pandangan Amorim yang realistis. BERITA VOLI
Debut Impresif Lammens yang Ciptakan Harapan: Senne Lammens Tidak Satu Level Dengan Peter Schmeichel
Senne Lammens tiba di Manchester United pada Agustus 2025 dengan nilai transfer €15 juta, sebagai investasi jangka panjang untuk gantikan Onana yang rentan cedera. Kiper tinggi 193 cm ini, yang lahir di Zottegem Belgia, punya rekam jejak solid di Anderlecht dan Antwerp: musim lalu, ia catat 12 clean sheet dari 34 laga liga Belgia, dengan rata-rata saves 3,2 per pertandingan. Debutnya di Premier League lawan Sunderland jadi momen krusial—ia main penuh 90 menit, sapu tiga tembakan on target, dan distribusi bola akurat 85%, termasuk long pass presisi ke Bruno Fernandes yang bantu gol pembuka.
Performa itu tak lepas dari adaptasi cepat: Lammens kuasai duel udara 70% dan intersepsi 1,8 per laga, mirip gaya sweeping modern ala Ederson. Amorim puji di konferensi pers pasca-debut: “Senne tunjukkan kedewasaan, tapi ini baru awal.” Di laga itu, ia beri clean sheet pertama musim untuk United tandang, angkat tim dari posisi bawah klasemen sementara. Namun, kritik muncul soal handling bola set-piece—ia lewati satu crossing Sunderland yang berbahaya. Debut ini ciptakan harapan regenerasi lini gawang United, yang musim lalu kebobolan 58 gol liga, tapi juga ingatkan bahwa satu laga tak cukup ukur level.
Pujian Schmeichel yang Naikkan Ekspektasi Penggemar: Senne Lammens Tidak Satu Level Dengan Peter Schmeichel
Peter Schmeichel, kiper legendaris Manchester United yang raih lima gelar liga dan satu Liga Champions pada 1999, tak segan beri acungan jempol untuk Lammens. Dalam wawancara podcast Denmark pada 6 Oktober, Schmeichel sebut: “Debut Senne mengingatkan saya pada diri saya dulu—percaya diri sejak menit pertama, dan reaksi Matthijs de Ligt bilang segalanya.” Ia bandingkan Lammens dengan ikon lain seperti Edwin van der Sar, soroti kemampuan commanding area dan distribusi yang tenang di bawah tekanan. Schmeichel, yang debut di United tahun 1990 dengan saves heroik lawan Liverpool, lihat potensi Lammens jadi “kiper gol-scoring” ala dirinya—Schmeichel sendiri cetak gol ikonik di semifinal Piala FA 1995.
Pujian ini naikkan ekspektasi penggemar: di media sosial, tagar #LammensSchmeichel tren dengan 50.000 postingan dalam 24 jam pasca-debut. Schmeichel tambah: “Ia bisa jadi tanda terbaik, tapi United butuh tim solid di depannya.” Ini tak berlebihan—Lammens punya rating FBref 7.2 di debut, lebih tinggi dari Onana rata-rata 6.8 musim ini. Namun, Schmeichel juga ingatkan: “Satu clean sheet tak cukup; Schmeichel butuh bertahun-tahun untuk level itu.” Pujian ini beri motivasi, tapi juga beban bagi Lammens yang baru 23 tahun, terutama dengan tekanan derby mendatang.
Pandangan Amorim: Belum Satu Level, Fokus Konsistensi
Ruben Amorim, pelatih United sejak musim panas, beri tanggapan dingin terhadap euforia perbandingan itu. Pada 17 Oktober, jelang laga Liverpool, ia bilang: “Belum saatnya bandingkan Senne dengan Peter—ia belum satu level, dan itu wajar. Schmeichel legenda, Senne baru mulai.” Amorim tekankan perbedaan era: Schmeichel kuasai gawang di masa tanpa VAR, dengan saves 4,5 per laga dan leadership yang bantu United treble 1999. Lammens, meski impresif, punya turnover distribusi 12% lebih tinggi di liga Belgia, dan debutnya lawan tim bawah tak uji sepenuhnya.
Amorim rencanakan rotasi: Lammens mungkin starter jika Onana tak pulih, tapi ia butuh bukti konsistensi di laga besar. “Senne punya potensi, tapi level Schmeichel datang dari pengalaman 10 tahun,” tambahnya. Ini realistis—United kebobolan 11 gol musim ini, dan Amorim ingin Lammens belajar dari kesalahan Onana seperti penalti gegabah. Pandangan ini seimbang: puji talenta, tapi dorong kerja keras, mirip pendekatan Amorim di Sporting di mana ia bangun kiper muda jadi andalan.
Kesimpulan
Debat soal Senne Lammens vs Peter Schmeichel pada Oktober 2025 jadi narasi menarik di Manchester United yang cari identitas baru. Debut gemilang Lammens ciptakan pujian Schmeichel, tapi Amorim benar: belum satu level, dan itu justru peluang berkembang. Dengan tekanan derby Liverpool, Lammens punya kesempatan bukti diri—satu clean sheet bagus, tapi konsistensi yang tentukan masa depan. Bagi United, kiper muda ini bisa jadi fondasi regenerasi, tapi standar Schmeichel tetap tinggi. Musim panjang; mari lihat apakah Lammens naik level, atau tetap harapan manis. Old Trafford selalu butuh legenda baru, dan Senne punya starting line yang solid.